Word Planet Bahasa Empat Kodeks Utama yang Merupakan Manuskrip Alkitab Tertua

Empat Kodeks Utama yang Merupakan Manuskrip Alkitab Tertua


Manuskrip Alkitab Tertua

Alkitab atau Kitab Suci umat Kristiani yang digunakan saat ini merupakan dokumen yang sarat akan sejarah yang sangat panjang. Ini karena isi dari Alkitab itu memuat kisah dari masa Perjanjian Lama hingga masa Perjanjian Baru. Perjanjian Lama menunjukkan kisah awal dari orang Yahudi yang menjadi bangsa terpilih oleh Allah yang kemudian melalui masa pembuangan hingga akhirnya bisa terbebas dari pembuangan dan menantikan kehadiran dari Mesias. Kemudian, ini dilanjutkan dengan Perjanjian Baru yang mana penantian itu terbayarkan oleh kehadiran Yesus Kristus yang merupakan Mesias yang telah dijanjikan oleh Allah. Kisah ini meliputi perjalanan sejarah yang sangat panjang dengan periode ratusan tahun. Dalam perkembangannya, Alkitab yang dijumpai sekarang ini melalui beragam dinamika sejarah dan dokumentasi yang tidak mudah.

Sebelum kemudian hadir kanonisasi yang meresmikan seluruh bagian Alkitab seperti yang ada sekarang dan diterjemahkan ke dalam beragam bahasa, ada proses panjang. Ini meliputi juga penerjemahan teks Alkitab mulai dari Perjanjian Lama dan Perjanjian Baru yang kebanyakan ditulis dalam bahasa Ibrani, Aram, dan Yunani. Setidaknya, ada teks seperti Septuaginta dalam bahasa Yunani dan juga Vulgata dalam bahasa Latin yang menjadi dua dari beberapa dokumen penting yang bisa dibilang menjadi cikal bakal Alkitab saat ini. Dari banyaknya teks terjemahan ini, ada empat manuskrip tertua yang disebut dengan kodeks. Keempatnya disebut sebagai Great Uncial Codecs.

Salah satu kodeks tertua adalah Kodeks Sinaiticus atau Codex Sinaiticus. Dokumen yang sangat tua ini sekarang disimpan dan dijaga oleh British Library yang berada di London. Kodeks ini memuat manuskrip Perjanjian Baru. Manuskrip adalah teks dalam tulisan tangan sehingga ini menjadi suatu dokumen penting dalam sejarah Alkitab. Selain teks Perjanjian Baru, ada juga teks Perjanjian Lama yang merupakan bagian dari Septuaginta. Manuskrip dalam kodeks ini ditulis dengan huruf capital dalam bahasa Yunani. Bila menilik sejarah alkitab, peran dari Kodeks Sinaiticus ini sangat penting dan menjadi naskah tertua bersama dengan Kodeks Vaticanus. Dari pelacakan yang ada, Kodeks Sinaiticus ini telah ada sejak abad IV.

Kodeks Sinaiticus ditemukan oleh Constantin von Tischendorf di Biara Santa Katarina. Biara ini berada di wilayah Gunung Sinai, Mesir. Kodeks ini secara spesifik ditemukan pada perjalanan ketiganya di tahun 1859. Di perjalanan pertama dan keduanya, Tischendorf hanya menemukan beberapa potongan dari naskah Perjanjian Lama saja. Berawal dari temuan itulah, Tsar Alexander memerintahkannya melakukan ekspedisi ketiga dan ditemukanlah Kodeks Sinaiticus tersebut. Walau menjadi dokumen penting dalam sejarah Alkitab, isinya memang tidak sepenuhnya lengkap karena bahkan di bagian Perjanjian Baru pun ada beberapa fragmen yang hilang. Walau begitu, ini tentu tidak menghilangkan vitalnya peran dari Kodeks Sinaiticus ini.

Kodeks kedua adalah Kodeks Vaticanus. Kodeks tersebut saat ini tersimpan di dalam Vatican Library. Dari segi usianya, kodeks ini memang sedikit lebih tua bila dibandingkan dengan Kodeks Sinaiticus walau sama-sama diperkirakan berasal dari abad IV. Naskah ini dituliskan dalam lembaran perkamen dan menggunakan huruf yang sama seperti dalam Kodeks Sinaiticus. Isi dari Kodeks Vaticanus ini terbilang cukup lengkap karena memuat dua bagian penting, yaitu Perjanjian Lama dengan versi Septuaginta dan juga bagian Perjanjian Baru. Hanya saja, ada bagian yang telah hilang, tepatnya pada halaman 1519 sampai halaman 1536. Halaman ini seharusnya mencakup bagian dari bagian akhir dari surat kepada orang Ibrani dan Kitab Wahyu. Namun, bagian ini digantikan dengan suplemen naskah yang berasal dari abad XIV dengan tulisan yang juga berbeda.

Sejarah terkait Kodeks Vaticanus ini memang masih cukup simpang siur. Ada yang menduga bahwa kodeks ini merupakan milik dari Kardinal Bessarion. Ini karena ada bagian dengan huruf miniskul yang mirip dengan dokumen lainnya milik Kardinal Bessarion. Selain itu, ada juga dugaan bahwa ini merupakan salah satu dari 50 alkitab yang dulunya dipesan oleh Kaisar Konstantinus I. Kaisar Romawi ini memang disebutkan dalam sejarah pernah memesan 50 alkitab. Hanya saja, teks manuskrip yang dipesan dan dimiliki oleh Kaisar Konstantinus I merupakan teks Bizantin sehingga ini pun menggugurkan dugaan terkait kodeks ini.

Kodeks ketiga adalah Kodeks Alexandrinus. Dari segi usianya, ini memang berbeda dengan kedua kodeks sebelumnya. Kodeks Alexandrinus ini berasal dari abad V. Walau begitu, ini tetap menjadi salah satu kodeks yang terlengkap dan dituliskan juga dalam bahasa Yunani. Saat ini, Kodeks Alexandrinus disimpan di British Library dan merupakan tempat yang sama dengan Kodeks Sinaiticus. Kodeks ini memuat teks Perjanjian Lama dengan versi dari Septuaginta yang memang diterjemahkan dalam bahasa Yunani yang dulunya ditujukan untuk umat Yahudi diaspora yang sudah tidak lagi fasih dalam bahasa Ibrani dan Aram. Ada juga bagian teks Perjanjian Baru di dalam kodeks ini. nama dari kodeks ini berhubungan dengan tempat asal disimpannya kodeks ini, yaitu kota Alexandria. Barulah kemudian kodeks ini dibawa oleh Patriarkh Cyril Lucaris yang merupakan tokoh penting di Gereja Ortodoks ke Konstantinopel. Kemudian, kodeks ini pun diberikan kepada Charles I pada abad ke-17 dan disimpan di Inggris sampai saat ini. Kodeks ini terdiri dari empat volume yang ternyata di dalamnya juga berisi sebagian teks dari Deuterokanonika.

Bagian terakhir dari keempat kodeks adalah Kodeks Ephraemi Rescriptus. Kodeks ini disimpan di Prancis, tepatnya di dalam Bibliotheque Nationale de France. Seperti halnya kodeks Alexandrinus, kodeks ini berasal dari abad V. Dari segi isi, ini memang tidak selengkap ketiga kodeks lainnya saat ditemukan. Namun, diyakini bahwa isi sebenarnya lengkap dengan cakupan seluruh Alkitab. Kodeks ini disebut recriptus karena terdapat penulisan ulang. Bagian tersisa dari Kodeks Ephraemi Rescriptus ini hanya berupa 209 lembar yang terdiri dari teks Perjanjian Baru sebanyak 145 lembar dan teks Perjanjian Lama sebanyak 64 lembar. Kutipan sejarah Kodeks ini bisa anda pelajari lagi dengan mengunjungi situs https://www.gatherspace.com yang juga membahas nya dengan detail.